Kamis, 07 Mei 2009

Bara Api Menyulut Lembah Swat...............

Saudara-saudaraku menjerit............... Ku ingin berjuang bersama mereka.....


Lembah Swat jatuh ke tangan Taliban, pemerintah Pakistan seperti kebakaran jenggot. Bagaimana tidak, ternyata Taliban diterima dengan penuh kegembiraan oleh rakyat. Apa yang dilakukan oleh Taliban tidak pernah disangka-sangka: membuka sekolah kembali, menghidupkan perekonomian, dan membuka lahan baru untuk tempat tinggal.

Apa yang selama ini didengar oleh penduduk Lembah Swat dari media bahwa Taliban adalah barbar, suka memaksakan kehendak, tidak menghargai perempuan dan seabreg berita buruk lainnya tidak pernah terlihat. Tak pelak, dalam jangka waktu yang tidak lama, penduduk Lembah Swat dengan tulus menerapkan Islam.

Hebatnya, daerah-daerah sekitar Swat pun ikut-ikutan menyambut dengan antusias Taliban. Akibatnya, AS yang merasa punya kepentingan dan sejak dulu mencari celah, segera saja memanfaatkannya. Apalagi ketika presiden Pakistan menghadap Obama, maka tak pelak, Obama pun segera memberi titah untuk memburu Taliban dan menghabisinya.

Digempur dari sana-sini, sama sekali tidak membuat takut Taliban. Mereka melawan tentara Pakistan dan tentara asing dengan semangat dan ketangguhan yang telah teruji selama bertahun-tahun sejak zaman pendudukan Russia. Hanya menghadapi begitu banyak kekuatan, sampai kapankah Taliban bertahan?

Hanya dalam beberapa pekan saja, pengaruh Taliban telah meluas ke seantero selatan provinsi, sampai ke Bruner. Semuanya bermula dari Lembah Swat yang karena permintaan masyarakatnya, telah menerapkan Syariat Islam.

Para pejuang Taliban berjaga siang dan malam. Mereka menghadapi tiga musuh sekaligus, pasukan Afghan, Pakistan dan tentara asing AS-NATO.


Pemerintah Pakistan dan Afghanistan telah gelap mata. Para pejabat pemerintahnya yang mengaku Muslim malah mengadu dan sowan terhadap presiden AS, Barack Obama.

Salah satu efeknya, Obama menyerukan agar segera menghabisi Taliban. Tank-tank ini dikerahkan untuk menggempur Taliban, sementara tentara AS pun menakuti rakyat sipil.

Pemerintah Pakistan sama sekali tidak peduli dengan nasib rakyatnya. Mereka membiarkan penduduk Lembah Swat pontang-panting, dengan dalih membasmi Taliban.

Pemerintah Pakistan juga tidak menghargai pilihan rakyat yang memutuskan hidup di bawah Syariah.

Bukti kalau pemerintahan ini menghamba pada negara yang tak ingin Islam tegak. Sekitar setengah juta rakyat Swat Valley telah diusir dari wilayahnya meninggalkan Taliban.Akibatnya, Swat menjadi kota mati. Toko-toko tutup, begitu juga sekolah. Padahal, sekitar dua minggu yang lalu, Taliban baru saja menghidupkan kembali denyut perekonomian dan pendidikan di sana.

Salah satu suasana yang mencekam di Mingora, kota terbesar di Swat.







Pasukan tentara Pakistan berduyun-duyun memburu Taliban di daerah Rustam.







Api membumbung di langit. Pasukan Pakistan menembakan misil dan bomnya. Kalau sudah begini, jelas terlihat, siapapun yang jadi korban, Taliban ataupun rakyat sipil, tak lagi dihitung-hitung.

Taliban tak akan pernah menyerah. Seperti juga terhadap tentara Rusia, mereka melakukan perjuangan sampai batas terakhir.

Dua anak kecil kakak-beradik ini menghadapi ketidakpastian. Mereka terombang-ambing karena ulah pemerintahannya sendiri.








(http://www.eramuslim.com, Kamis, 07/05/2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar